Pengertian Etika
Istilah etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, etos artinya
kebiasaan (costum), adat. Istilah etika pertama kali dalam sejarah yang tertulis diperkenalkan
oleh filsuf Yunani, Aristoteles melalui karyanya yang berjudul Etika
Nicomachiea. Buku tersebut berisikan tentang ukuran ukuran perbuatan. Ditinjau
dari sudut asal katanya, etika adalah studi terhadap kebiasaan manusia. Dalam
perkembangannya, studi etika tidak hanya membahas kebiasaan yang semata mata
berdasarkan sebuah tata cara (manners), melainkan membahas kebiasaan (adat)
yang berdasarkan pada sesuatu yang melekat pada kodrat manusia. Sehingga dapat
dikatakan bahwa yang hendak diketahui dengan penyelidikan oleh etika itu
sendiri adalah kebiasaan kebiasaan dalam arti moral atau kesusilaan. Oleh
karena itu, etika sering diartikan sebagai studi tentang yang benar atau salah
(right and wrong) dalam tingkah laku manusia.
Beberapa literatur mengatakan bahwa etika sendiri adalah cabang filsafat
yang mempelajari tentang pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan masalah kesusilaan (moral issue). Sehinggam dapat pula
disebut bahwa etika adalah penyelidikan yang dilakukan dengan bijaksana atau
penyelidikan filosofis terhadap kewajiban kewajiban manusia dan segala hal yang
baik dan buruk (good and bad).
Definisi Etika menurut para ahli
Menurut Hamzah Yacub, Pengertian Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
Pengertian Etika menurut Dr. James J. Spillane SJ, Etics atau etika
memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan
keputusan moral. Etika mengarah atau menghubungkan penggunaan akal budi
individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
Menurut Asmaran Pengertian Etika
adalah studi mengenai tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan
kebenaran-kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau
kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.
WJS. Poerwadarminta mengemukakan Pengertian Etika, Etika adalah ilmu
pengetahuan mengenai asas-asas akhlak (moral).
Pengertian Etika menurut Soergarda Poerbakawatja, Etika ialah filsafat
mengenai nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari
nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan mengenai nilai-nilai itu sendiri.
Prinsip – prinsip Etika
Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para
pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman
hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya
terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung
tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting
etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan
kebenaran.
d)
Prinsip
Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang
terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai
keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya
dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih
bersemangat untuk bekerja.
2) Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini
melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3) Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat
kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya
berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih
sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu
ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh
lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.
4) Prinsip Keadilan
Kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang
semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang
untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang
menjadi hak orang lain.
5) Prinsip Kebebasan
Sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai
dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia,
setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya
sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh
karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga
manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain.
6) Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil
pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan
agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat.
Basis Teori Etika
d.
Etika
Teleologi
Dari kata Yunani, telos =
tujuan, Mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
- Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada
dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya
sendiri.Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar
kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan
serius ketika ia cenderung menjadihedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan
kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg
bersifat vulgar.
- Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori
ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme,
kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest
happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang
terbesar.
2. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata
Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.‘Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab:‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita
dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks
agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah
pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya
suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan
dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena
itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4. Teori Keutamaan (Virtue)
Memandang sikap atau akhlak
seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur,
atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik
Egoisme
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan
diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain,
termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk
meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya – intelektual, fisik,
sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain
maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri.
Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari ‘Aku
adalah':. Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri pada inti
dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang dicintai
atau dianggap sebagai "dekat," dalam lain hal kecuali yang ditetapkan
oleh egois itu.
Contoh Kasus Mulyana W Kusuma
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang
anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit
keuangan berkaitandengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang
dimaksud yaitu kotak suara,surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi
informasi.
Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan
tersebut lebih baik daripadasebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi.
Untuk itu, maka disepakati bahwa laporanakan diperiksa kembali satu bulan
setelahnya.Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai
dan disepakati pemberianwaktu tambahan.
Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma.
Mulyanaditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim
auditor BPK,yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim
intelijen KPK bekerja samadengan auditor BPK.
Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya
penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekamgambar pada dua
kali pertemuan mereka.Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra.
Suhrawardi K. Lubis, 2006. Etika Profesi Hukum. Penerbit Sinar Grafika :
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar